Kurikulum eSport Bakal Bantu Industri Game Indonesia – Melon Indonesia, anak perusahaan Telkom yang bergerak di bidang digital entertainment, menilai bahwa wacana memasukkan eSport ke dalam kurikulum pendidikan dapat menunjang industri game Tanah Air.
Dalam sesi diskusi di Expo 2020 Dubai yang dihelat Kamis (6/1), CEO Melon Indonesia, Dedi Suherman, beranggap bahwa kesuksesan industri game di suatu negara ditentukan oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya.
Selain memberi tambahan stimulus finansial, kata Dedi, kebijakan mutlak lainnya yang menunjang industri game adalah menerapkan edukasi dalam kurikulum pendidikan — layaknya wacana memasukkan materi eSport ke dalam kurikulum yang diusulkan Pengurus Besar https://esports-indonesia.com/ (PBESI) terhadap akhir th. lalu.
“Mereka udah memulai, dalam diskusi paling akhir kami, bahwa tiap tiap sektor edukasi dari SMP sampai universitas diperintahkan untuk sediakan kurikulum tentang game,” kata Dedi.
Ketika kurikulum mampu diakses, siswa mampu memilih. Itu satu hal yang jadi dikerjakan pemerintah. Tentu saja, ini bukan anggota jangka pendek, namun ini merupakan cara yang terlalu bagus dari Indonesia.
– Dedi Suherman, CEO Melon Indonesia –
Dedi menambahkan, ekosistem game Tanah Air juga membutuhkan stimulus subsidi dari pemerintah serta investasi dari sektor bank.
Wacana memasukkan materi eSport ke dalam kurikulum nasional sempat mencuat terhadap November 2021. Saat itu, Ketua Bidang Humas dan Komunikasi PBESI, Ashadi Ang, menyebutkan bahwa materi edukasi eSports mampu menunjang ekosistem game Indonesia yang memiliki potensi besar.
Hingga kini, masuknya materi eSport ke dalam kurikulum pendidikan nasional masih hanyalah wacana dan belum beroleh izin. Di sisi lain, Kemendikbud menyebut bahwa mereka tak mempermasalahkan materi e-Sport ke dalam pendidikan — selama ia digunakan untuk mengembangkan kecakapan nalar kronis siswa.
“Konten spesifik layaknya e-Sport mampu saja digunakan oleh sekolah sebagai anggota dari kurikulum mereka. Yang mutlak adalah materi selanjutnya digunakan untuk mengembangkan kecakapan esensial layaknya nalar kritis, kreativitas, dan gotong royong,” mengetahui Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Nino Aditomo, dalam kicauannya di Twitter terhadap 26 November lalu.
Senada bersama dengan Dedi, partner Boston Consulting Group, Povilas Joniskis, juga menilai bahwa edukasi yang menunjang jenjang karier dalam ekosistem game dapat menunjang perkembangan industri game suatu negara.
Joniskis menjelaskan, ekosistem game yang kuat merupakan salah satu kunci kesuksesan industri game di Jepang, Korea Selatan, dan China. Untuk membuat ekosistem game yang baik, suatu negara enggak lumayan memfasilitasi industri bersama dengan inkubator pengembang game — namun juga edukasi dan investasi.
“Butuh pas untuk mengembangkan ekosistem gaming. Ketika kita berbicara ekosistem gaming, kita berbicara soal kebutuhan latar belakang developer-nya,” kata Joniskis dalam kesempatan yang sama.
Anda memiliki kastemer game yang lebih beranggap bahwa gaming adalah pilihan kariernya layaknya jadi atlet, atau jadi game developer. Jadi, tersedia lebih dari satu fundamental yang Indonesia udah memiliki gara-gara keterlibatan populasinya.
– Povilas Joniskis, partner Boston Consulting Group –
Investasi dalam industri game udah dikerjakan oleh Telkom bersama dengan membangun sejumlah platform layaknya inkubator IndigoGame, mendirikan penerbit DuniaGames dan agregator distribusi GameQoo, sampai membuat sejumlah turnamen game online.
Beberapa judul game yang udah diluncurkan ekosistem gaming Telkom di antaranya adalah Kolak Express 3, Lord of Estera, Rise of Neowin, Lokapala, Shellfire, Quest of Infinity, dan Arena Masters II.
Pendapatan industri game Indonesia sendiri capai Rp 25 triliun terhadap 2020, menurut laporan Newzoo, di mana pertumbuhannya capai 32,7 persen per tahun.